KELAS KEARIFAN LOKAL: "Urgensi Belajar Kearifan Lokal"
KELAS KEARIFAN LOKAL
"Urgensi Belajar Kearifan Lokal"Oleh M.Rezki Anugrah H
Kelas kearifan lokal yang dilaksanakan HIPERMAWA KOPERTI PNUP berlangsung kurang lebih 3 bulan rentang waktu pelaksanaan dengan 7 kali pertemuan dengan berbagai macam materi yang dilaksanakan secara berkelanjutan dengan materi yang semakin spesifik di setiap pertemuan selanjutnya, dari sejarah wajo hingga integrasi wajo ke NKRI beserta kearifan lokal saat ini, bagaimana cara kita untuk menghadapinya sebagai anggota mahasiswa yang belajar kearifan lokal
Pada pertemuan pertama, materi yang
dibawakan adalah mengenai Sejarah Wajo yang dilakukan dua pertemuan yakni
Sejarah Wajo Vol.1 dan Sejarah Wajo Vol.2 yang dibawakan oleh salah satu pegiat
literasi yang ada di kabupaten wajo dan salah satu pendiri komunitas literasi
sekolah rakyat, beliau adalah kak edil adhar. Muatan materi yang disampaikan
terbagi atas dua, sejarah wajo menurut “pao-pao ri kadong” atau biasa disebut
dengan tutur, dan juga cerita rakyat “la tadampali” putri yang berasal dari
luwu. Beliau menjelaskan bagaimana prosesi terbentuknya kerajaan wajo mulai
dari masyarakat pinggiran danau lampulungeng hingga kerajaan wajo menjadi salah
satu kerjaan yang memiliki kekuatan diplomatis dan kekuatan militer yang kuat
pada saat itu.
Setelah dua pertemuan berkenaan
dengan sejarah wajo, selanjutnya adalah mengenai materi islamisasi wajo, atau
proses bagaimana wajo menganut agama islam menjadi agama kerajaan, yang
dibawakan oleh ketua organsisasi pergerakan islam yang berpusat di makassar
yakni kak andi ahmad fauzi rafsanjani, muatan materi yang disampaikan meliputi
bagaimana prosesi pengislamisasisan kerajaan kerajaan yang ada di sulawesi
selatan yang didahului oleh kerjaan tallo kemudian kerjaan gowa hingga
melakukan beberapa agenda politis kepada kerajaan-kerajaan yang terikat pada
federasi “tellupoccoe” yakni kerajaan bone,soppeng dan wajo. Meceritakan
sedikit tentang kepercayaan teologis masyarakat bugis masa lalu yang telah
menganut atau mempercayaai dewata sewwae (tuhan yang maha esa) sebagai sosok
pencipta dan melahirkan ajaran komunitas agama tolotang.
Setelah membahsa islamisasi wajo,
muatan materi selanjutnya yakni bagaimana perjuangan masyarakat wajo pada saat
itu melawan ekspansi penjajahan VOC yang dibawakan oleh salah satu pemerhati
budaya yang ada di kabupaten wajo yakni kak andi rahmat munawar. Muatan materi
yang disampaikan meliputi bagaimana perjuangan kerjaan wajo melawan penjajahan
belanda yang dilakukan oleh komunitas pedagangan VOC. Bagaimana rentetan sejarah
yang terjadi mulai dari gerakan-gerakan politis hingga gerakan-gerakan sosial
ekonomi yang dilakukan di masa penjajahan terhadap belanda.
Setelah membahas mengenai bagaimana
perjuangan kerajaan wajo pra kemerdekaan melawan ekspansi belanda oleh VOC,
pada pertemuan selanjutnya dibahas tentang bagaimana kerajaan wajo setelah atau
pasca kemerdekaan diintegrasikan ke NKRI yang dibawakan oleh salah satu pegiat
literasi yang ada di kabupaten wajo yakni kak andi rewo batari wanti. Muatan
materi yang disampaikan meliputi bagaimana prosesi kerajaan wajo berubah menjadi
bagian dari Negara kesatuan republik indonesia dengan mengirim beberapa
perwakilannya untuk melakukan sebuah kesepakatan di pulau jawa.
Kerajaan Wajo telah dibahas dari
prosesi terbentuknya hingga prosesi peleburannya kepada NKRI, pada pertemuan
selanjutnya dibahas mengenai sosok La Madukelleng yang bergelar “petta
pammaradekang I to wajo’e” yang dibawakan oleh Kepala bidang kebudayaan dinas
pendidikan dan kebudayaan kabupaten wajo yaitu Pak Drs. Sudirman Sabang, M.H.
adapun muatan pembahasan yakni menelaah proses hidup lamadukkeleng mulai dari
anak-kanak yang telah menerima berbagai macam pristiwa-pristiwa kemudian
merantau dan menjadi raja di kerajaan pasir, hingga akhirnya kembali ke tana
wajo menjadi salah satu arung matoa di kabupaten wajo
Pertemuan
selanjutnya adalah membahas bagimana kearifan lokal saat ini yang dibawakan
oleh salah satu aktivis kampus hitam dan salah satu pegiat literasi di
kabupaten wajo yakni kak baso risal fahlefi. Muatan materi yang disampaikan
sangat menarik yakni bagaimana cara kita sebagai generasi muda melihat budaya
sebagai kekuatan untuk membendung budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan
karakter bangsa indonesia, sehingga budaya kita bisa terawat.
Belum ada Komentar untuk "KELAS KEARIFAN LOKAL: "Urgensi Belajar Kearifan Lokal""
Posting Komentar