Sekolah Budaya HIPERMAWA KOPERTI PNUP, berikan 6 materi tentang kebudayaan
MATERI 1 (Kunjungan Situs)
Situs Cagar Budaya
adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil
kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Cagar Budaya merupakan
salah satu hal yang menarik pada suatu daerah tak kecuali kabupaten Wajo.
Wajo adalah sebuah kerajaan yang tidak
mengenal sistem to manurung sebagaimana kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan
pada umumnya. Kabupaten wajo memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang
masih dapat kita temui sampai sekarang ini. Wajo menjadi salah satu daerah yang
memiliki banyak tempat berserjarah. Salah satu paling terkenal adalah dengan
adanya makam Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini yang merupakan cucu dari nabi
Muhammad SAW yang terletak di Masjid Tua,Tosora.
Selain itu juga
terdapat beberapa makam kerajaan seperti makam Arung Matoa Latadampare (Puang
Maggalattung) yang berlokasi di dusun wajo-wajo, makam Latenri Pakado Tonampe,
makam Latenri Lai Tosengngeng yang merupakan seorang pemimpin yang membawa 1000
pasukan ke Makassar untuk berperang dan sebelumnya dimandikan di Bung Paranie.
Masjid Tua Tosora juga dikenal cukup banyak oleh masyarakat bugis khususnya di
tanah wajo yang dibangun pada tahun 1607 oleh Toa Ali. Salah satu situs budaya
yang terkenal juga yaitu Geddongnge yang berfungsi sebagai koperasi atau juga
menjadi tempat penyimpangan barang perang yang dibangun oleh Lai Salewangeng To
Tenri Ruwa. Pelestarian Cagar budaya sangat penting karena merupakan kekayaan
bangsa yang artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan,
dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan.
MATERI 2 (Pengantar Wajo)
Sejarah kabupaten wajo merupakan fenomena dimasa
lalu yang memiliki dampak di masa sekarang. Sejarah kabupaten wajo memiliki 2
versi dalam penafsian sejarahnya. Pertama yaitu versi Pau-pau Rikadang yang memiliki arti tutur atau perkataan dari mulut
ke mulut dimana Putri Tandampalik yang pergi ke tosora karena penyakit kulit
dan bertemu dengan pangeran bone kemudian cerita berlanjut hingga menikahkannya
dengan Putra Mahkota Bone. Pernikahan mereka dilangsungkan di Wajo, dan
beberapa tahun kemudian, putra mahkota diangkat menjadi raja.
Versi
kedua yaitu lontara sukkuna wajo atau yang tertulis. Versi ini terdiri dari 4
fase yaitu Pada Fase 1 (Puang Ri Lampulungeng) dimana fase ini setiap apa yang
dikatakan akan terjadi. Di fase kedua (Puang Ri Timpengeng), sudah ada
pembagian wilayah sesuai pekerjaannya. Di fase ketiga (kerajaan Cinnotabi)
berasal dari “Cinnong Tabbangka”
karena kaget melihat adanya peradaban. Di fase keempat yaitu Arung Matoa Wajo
menggunakan kesepakatan orang banyak dalam pengambilan keputusan.
MATERI 3 (Pergeseran Kebudayaan Lokal Oleh
Globalisasi)
Globalisasi dan budaya menjadi dua hal yang memiliki kaitan sangat erat. Perkembangan globalisasi memengaruhi budaya lokal dalam sebuah negara. Sementara, Budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam berbagai lingkungan kehidupan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dapat dikenal sebagai ciri khas dalam suatu negara. Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting untuk membentuk identitas bangsa.
Dalam kebudayaan, terdapat berbagai unsur, yaitu
bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup
dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta
kesenian. Selain itu, budaya juga meliputi kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kehadiran globalisasi memberikan dampak positif dalam
perkembangan budaya lokal. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi berkembang
dan dapat mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju. Selain dampak
positif, globalisasi juga menimbulkan pengaruh negatif. Pengaruh negatif yang
utama adalah lunturnya nilai budaya lokal. Dampak negatif lainnya adalah
masyarakat menjadi orang yang bersifat individualis dalam bermasyarakat sehingga
rasa solidaritas menjadi berkurang.
MATERI 4 (Sejarah Lontara, Eksistensi Lontara dan
Menulis Harfiah Makna Lontara Bugis)
Masyarakat Bugis
memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara,
sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta. Seperti halnya dengan
wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya
kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Pada awalnya sejarah tulisan tersebut di tuliskan
diatas daun lontar. Daun lontar ini kira-kira memiliki lebar satu sentimeter sedangkan
panjangnya tergantung dari cerita yang dituliskan, tiap-tiap daun lontar
disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu,yang
bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Aksara
lontara biasa juga disebut dengan aksara sulapaq eppaq Karakter
huruf bugis ini diambil dari Aksara Pallawa. Kelebihan huruf Lontara yaitu 1
huruf dapat bermakna 1 kalimat. Penulisan Lontara yang penulisannya tebal tipis
memiliki makna dalam kehidupan yaitu hidup yang seimbang.
MATERI 5 (Eksistensi Budaya di Pandangan Remaja)
Eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Dimana
keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya
kita.Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang
merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat tertentu. Hakikat remaja
adalah masa yang dimana seseorang tumbuh/tumbuh dewasa yang mencangkup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Kehidupan yang dipenuhi dengan berbagai
perubahan dan dinamika begitupun bisa dikatakan masa transisi atau peralihan
dari masa anak menuju masa dewasa awal. Sudah tidak lagi dikatakan sebagai
anak-anak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa, meraka
sedang berada difase dimana mencari pola hidup yang sesuai baginya sekaligus
mencari jati diri yang dilakukan dengan cara mencoba-coba hal baru yang mereka
anggap sesuatu pengalaman yang terbaik, hal ini didasari atas keingin tahuan
yang besar atas sesuatu yang ia lihat.
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang berbentuk nilai yang telah
tertanam dan disepakati oleh masyarakat berupa kebiasaan sebagai bentuk
perilaku dan tanggapan terhadap sesuatu keadaan sesudah atau sebelum terjadi. Fungsi
utama kebudayaan sendiri adalah untuk mempelajari warisan dari nenek moyang,
kemudian generasi selanjutnya perlu meninjau, apakah warisan tersebut perlu
diperbaharui atau tetap dilanjutkan dan apabila ditinggalkan maka kebudayaan
tersebut dapat rusak.Manfaat lain dari keberagaman budaya adalah mempererat
persaudaraan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Ikatan
persaudaraan ini dapat tumbuh, apabila masyarakat saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lain.
MATERI 6 (Desain Infografis)
Desain grafis adalah proses komunikasi menggunakan
elemen visual, seperti tulisan, bentuk, dan gambar yang dimaksudkan untuk
menciptakan persepsi akan suatu pesan yang disampaikan. Adapun jenis infografis
di antara nya adalah Time line, Artikel visual, List, Proses dan Diagram Alir,
Data Bagan dan Angka, Perbandingan, dan
Data geografis.
Adapun langkah-langkah untuk membuat infografis dari
postingan blog, laporan, ebook, dan lainnya adalah Menentukan topik utama, Atur
bagian header sections, Penjelasan singkat dan to the point, Tambahkan catatan
untuk desainer.
Infografis memberikan banyak manfaat yang tidak
dimiliki oleh penyajian data secara konvensional. Secara umum, infografis dapat
memberikan manfaat bagi penyaji maupun bagi audiens
Belum ada Komentar untuk "Sekolah Budaya HIPERMAWA KOPERTI PNUP, berikan 6 materi tentang kebudayaan"
Posting Komentar