bedah buku "ALDERA"
ALDERA
Ditulis oleh Teddy wibicana
Nanang pujalaksana
Rahadi T. Wiratama
Aldera ( aliansi demokrasi rakyat ) merupakan salah satu organisasi gerakan kaum muda anti otoritarian yang penting di catat dalam gelombang prodemokrasi menentang rezim orde baru di awal 1990an. Kata "RAKYAT" pada akhir organisasi ini merupakan wadah yang membuat orang-orang paham bahwa ini merupakan wadah kaum muda untuk melakukan gerakan politik progresif.
Sejak awal kemunculannya (1993), ALDER menarik perhatian publik lewat sebuah aksinya yang menuntut PDI agar tidak mencalonkan kembali Soeharto sebagai presiden. Meskipun sejarah mencatat bahwa PDIP tetap mencalonkan Soeharto di karenakan PDI pada saat itu masih dalam kendali orde baru. Keberhasilan mahasiswa sebagai driving proces yang menjatuhkan Soekarno pada 1996, tinggal mitos dan nostalgia.
Bersamaan dengan dipolitisasi kampus sebagai rencana orde baru untuk menciptakan floating mass atau massa mengambang mahasiswa pasca 1966 harus berjuang kembali untuk memperoleh otoritas politik nya sebagai juru bicara rakyat. Keberhasilan mahasiswa melawan otoritarianisme dan membungkam kediktatoran di Korea Selatan dan Filipina pada tahun 1980 an, menumbuhkan kembali semangat anti otoritarian di Indonesia.
Yang pertama terbesit dibenak para aktivis 80an dan 90an jika kita menanyakan tentang ALDERA pasti adalah seorang lelaki berani yang bernama Pius Lustrilanang.
Bermula dari besuk di RSCM, 3 bulan menjelang kejatuhan Soeharto,Aldera mendapatkan berita mengejutkan, sekjen Aldera ( Pius ) di culik di pintu keluar rumah sakit cipta mengunkusumo pada Senin 2 februari 1998.58 hari lamanya Pius di bekap, di siksa dan di introgasi perasaan antara hidup dan mati senantiasa menghant pikiran Pius, alhasil Pius pun akan bercerita ketika ia bebas.
Selama hampir 1 jam dalam perjalanan yang membawanya ke Palembang Pius hanya termenung begitu pun saat ia telah tiba di kediamannya, ia di sambut Isak tangis oleh ibunya. Tidak banyak aktivitas yang dapat di lakukan Pius selama 24 hari. Bagi Pius yang memang pendiam itu bukan masalah,tetapi diamnya pius di karenakan ia mengumpulkan tekad untuk melawan.
Beberapa rencana Pius akhirnya terealisasikan, rencana ia untuk menyampaikan kasus dan skenario penculikan nya ke kompas HAM terlaksana pada Senin 27 April 1998. Bukan hanya di Komnas HAM, Pius juga berangkat ke luar negeri untuk menyampaikan kekejian orba. Yang pertama Pius singgahi yaitu Belanda di sana ia di wawancarai oleh banyak media, kemudian Pius melanjutkan perjalanannya ke german guna mengikuti pertemuan INFID, disana ia bertemu dengan Amin Rais. Selanjutnya Pius terbang ke Amerika untuk berbicara di depan kongres atas undangan langsung dari Christopher h. Smith, ketua sub komite tentang masalah internasional dan HAM.
Pasca peristiwa kopo membuat aktivis gerakan mahasiswa semakin yakin perubahan politik di tanah air harus diupayakan untuk mengubah struktur kekuasaan politik orde baru secara fundamental. Beberapa hari pasca peristiwa pius menyatakan terus terang saya kecewa dibohongi tega-teganya rakyat di eksploitasi untuk penambahan kursi. Atas dasar ini para aktivis aldera melaksanakan konsolidasi. Mereka melaksanakan konsolidasi sebanyak dua kali yaitu Jawa Bali 29 Juni sampai 1 Juli 1993, dan Bandung 13 sampai 15 September 1993. Hasil pertemuan itu menghasilkan 2 tujuan atau asas organisasi:
1. Kedaulatan rakyat atau keadilan sosial
2. Kesejahteraan rakyat
Sejak aksi Kopo dan Fahmi, sekjen terpilih pada kongres 1 aldera di wisma tempo 12 sampai 13 September 1994 sudah masuk radar militer. Aldera pun dideklarasikan di sebuah cafe kawasan taman Ismail Marzuki pada 26 September 1994 setelah itu aldera pun banyak melakukan six aksi guna melengserkan Soeharto. Salah satunya adalah siaga atau solidaritas Indonesia untuk Amin Mega. Lagi-lagi fuse pencetus gerakan ini dibantu oleh 46 LSM dan organisasi pro demokrasi yang ikut mendukung siaga. Sekitar akhir 1997 gerakan ini hadir dengan pertimbangan Amien Rais dianggap mewakili politik Islam dan Megawati yang dianggap mewakili kalangan nasionalis.
Setelah pemilu 1997 berjalan sesuai kehendak orba. Akhirnya para aktivis memutuskan untuk membuat aksi konvensional dan salah satu pencetus ide ini ialah Indro tjahjono 1978 dan pius mempercayakan tim ini kepada ailin titik awalnya tim ini terdiri dari 12 orang tetapi di kerucutkan menjadi 5 orang uji coba aksi ini pertama kali dilakukan di Unas saat aksi mimbar kenaikan BBM, tetapi aksi ini tidak berjalan lama setelah sidang umum MPR 1997 aksi ini ditinggalkan.
Setelah ditetapkannya kembali Soeharto sebagai presiden pada sidang MPR 11 Maret 1998. Mahasiswa kembali menggelar mimbar guna mencegah Soeharto kembali berkuasa. Perlawanan terus meluas, tidak puas hanya menggelar mimbar, akhirnya mahasiswa turun ke jalan hingga pada 12 Mei 1998 terjadi tragedi penembakan mahasiswa Trisakti. Keesokan harinya 13-14 meter jadi aksi kerusuhan berujung penjarahan hampir di semua kota besar di Indonesia
pada senin 18 Mei 1998 sekitar 50 pimpinan forum komunikasi saat mahasiswa Jakarta berhasil menerobos gedung MPR DPR RI, dan front Nasional saat sore hari pukul 15.20 ketua DPR Harmoko menyampaikan keterangan pers untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa mengharapkan agar presiden Soeharto mengundurkan diri.
Pada Selasa 19 Mei 1998 Soeharto mengumpulkan sejumlah tokoh nasional guna membentuk kabinet reformasi, namun 14 menteri yang dipanggil menyatakan menolak untuk bergabung. Pada hari Kamis 12 Mei 1998 pukul 09.00 mengumumkan pengunduran dirinya sekaligus menyerahkan jabatannya ke Habibie. Ini merupakan angin segar bagi para aktivis mahasiswa karena wacana yang sering digabungkan untuk menggulingkan kekuasaan orba akhirnya terealisasi. Lalu pertanyaan yang muncul pada kubu internal internal internal aldera yaitu ingin dikemanakan lagi para organisasi-organisasi aktivis mahasiswa. Wacana yang sempat dibangun oleh para internal aldera yaitu menjadikan aldera sebagai partai politik. Maka dari itu dilakukan massa guna menunjang pengetahuan serta gerakan-gerakan yang akan dilakukan jikalau aldera memang betul menjadi partai politik.
Pada saat diundang untuk memberikan materi dalam hal ini yang diundang adalah salah satu kader dari partai PAN. Ternyata pada saat memberikan materi kabar tak sedap didengar oleh para aktivis-aktivis aldera dikarenakan pemimpinnya yaitu pius memutuskan untuk bergabung ke dalam tubuh pan.
Ini merupakan kabar buruk karena pemimpin mereka sudah memutuskan untuk bergabung ke salah satu partai di mana ia telah mengingkari janjinya atau tujuan bersama yang ia bangun dengan para aktifitas aldera untuk menjadikan aldera ini sebagai partai politik. Sehingga pada kongres ke-4 aldera diputuskan untuk dibubarkan karena ikhtiar yang dibangun serta pemimpin yang diidolakan ternyata memutuskan untuk meninggalkan aldera.
Penulis : Muh.Jumhamsirul
Penerbit : Nurfadillah
Belum ada Komentar untuk "bedah buku "ALDERA""
Posting Komentar